Adab Dan Etika Seorang Pembekam
Dari Amr bin Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya, bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Barangsiapa mengobati padahal ia tidak diketahui memiliki ilmu pengobatan, maka dia harus bertanggung jawab." (Ditakhrij Abu Daud, nomer 4586, An-Nasa'y, nomer 4830, Ibnu Majah, nomer 3466. Dihasankan Al-Albany).
Hadits ini menjadi pijakan pertama bagi setiap orang yang melakukan praktik pengobatan, bahwa sebelum dia terjun menangani pasien, sebelum dia berpraktik pengobatan, maka dia harus memiliki ilmu pengobatan yang berarti harus belajar dan memiliki pengetahuan yang diperlukan sehubungan dengan pemeliharaan. Karena itulah Abu Nu'aim Al-Isfahany menulis kitab beliau, Ath-Thibb An-Nabawy.Ath- Thibb An-Nabawy, dengan pembukaan bab pertama dengan judul Ma Ja'a fi Ta'allumith-Thibb wal-Hatstsi 'laihi, dengan sub bab pertama berjudul Ma Ja'a fi Ta'allumith-Thibb wal-Hatstsi 'Alaihi, Pembahasan Belajar Ilmu Pengobatan dan Anjuran Mempelajarinya.
Hal ini menggambarkan betapa pentingnya mempelajari ilmu pengobatan sebelum mengamalkannya. Al-Ilmu qablal-'amal artinya Ilmu sebelum amal. Ilmu sebelum praktik. Karena itu ketika Khalifah Al-Muqtadir dari Bani Abbasiyah mendengar kabar kematian satu orang pasien di rumah sakit meskipun dari kalangan rakyat biasa, maka dia langsung menghentikan praktik semua dokter hari itu pula, lalu diperintahkan agar Sinan bin Tsabit bin Qurrah menguji semua dokter.
Mereka tidak boleh berpraktik kedokteran sebelum dinyatakan lulus dalam ujian. Inilah pelaksanaan ujian dokter pertama di dunia, yang terjadi pada tahun 318 Hijriyah atau pada tahun 931 Masehi. Sehingga saat itu ada lebih dari 860 dokter yang ikut ujian.
Pengobatan adalah keterampilan yang penuh dengan kebaikan, oleh karena itu setiap pembekam harus menunjukkan sikap yang baik dalam melakukan dan membantu saudaranya yang membutuhkan pertolongannya.
Pada dasarnya ada 3 prinsip yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan (terapis bekam), diantaranya:
1. Baik hati dan tidak mencari kekayaan pribadi
2. Tulus dan ikhlas dalam menolong
3. Memunya keberanian dan keyakinan yang tinggi Rasulullah SAW bersabarbersabda
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى ال لَّ هُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاقِ Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dia berkata, bahwa Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (Ditakhrij Al-Hakim, nomer 4221, Ahmad, nomer 8939, Albaihaqy, nomer 20571).
Nabi kita Muhammad SAW adalah tauladan terbaik yang harus kita jadikan sebagai pedoman dalam berperilaku, berpose dan bertindak. Maka dari itu yang dilakukan oleh seorang pembekam adalah menghidupkan sunnah Rasulullah SAW dibidang pengobatan, maka adab atau sikap seorang pembekam harus: 1. Niat karena Allah dan mengikuti Sunnah Rasullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam
2. Bertawakal hanya kepada Allah Subhannahu Wa Ta 'Ala
3. Ikhlas membantu atas dasar persaudaraan
4. Diutamakan dalam keadaan berwudhu
5. Bersikap ramah dan bersahabat
6. Melakukan diagnosa dan wawancara
7. Berdialog dan sampaikan pesan-pesan hikmah kepada klien
8. Berpakaian rapih dan bersih
9. Berdoa sebelum melakukan bekam
10. Tidak membekam lawan jenis
11. Tidak merokok
12. Tidak mensinergikan terapi bekam dengan terapi lain yang bertentangan dengan syari'ah seperti menggunakan energi dalam, memindahkan penyakit kemakhluk lain, meminta bantuan jin, membuka aura, dll.
13. Mendahulukan daya tarik, bukan daya tarif
14. Menjaga rahasia klien bekam
15. Memiliki perlengkapan bekam yang memadai dan terjaga kebersihan serta kerapihannya.
16. Menjaga amalan yang wajib dan sunnah
17. Menjaga kesehatan dengan rutin berbekam dan menjaga pola hidup sehat.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar